Tentang Kehidupan Kekal Menurut Iman Katolik
Ketika umat Katolik menerima berkat perjalanan sebelum meninggal dunia, pastor akan mendoakan doa penyerahan jiwa sebagai berikut (dikutip dari KGK 1020):
“Bertolaklah dari dunia ini, hai saudara (saudari) dalam Kristus, atas nama Allah Bapa yang maha kuasa, yang menciptakan engkau; atas nama Yesus Kristus, Putera Allah yang hidup, yang menderita sengsara untuk engkau; atas nama Roh Kudus, yang dicurahkan atas dirimu; semoga pada hari ini engkau ditempatkan dalam ketenteraman dan memperoleh kediaman bersama Allah di dalam Sion yang suci, bersama Maria Perawan yang suci dan Bunda Allah, bersama santo Yosef dan bersama semua malaikat dan orang kudus Allah. … Kembalilah kepada Penciptamu, yang telah mencipta engkau dari debu tanah. Apabila engkau berpisah dari kehidupan ini, semoga Bunda Maria bersama semua malaikat dan orang kudus datang menyongsong engkau. … Engkau akan melihat Penebusmu dari muka ke muka…”
Sesungguhnya kalau kita tahu bahwa Tuhan telah menyatakan kepada kita jalan kehidupan dan jalan kematian, Setiap dari kita berkehendak memilih jalan kehidupan yang akan membawa kita kepada kehidupan kekal. Kehidupan kekal ini tidak bisa kita peroleh dengan kekuatan kita sendiri, namun merupakan pemberian Allah, yang harus kita tanggapi secara bebas oleh iman.
kita melihat bahwa bagi umat Kristen, kematian bukanlah merupakan satu akhir, namun menjadi satu awal untuk memulai hubungan yang lebih erat dengan Allah di dalam kehidupan kekal di Sorga. Bagaimanakah kehidupan kekal ini? St. Thomas Aquinas dalam bukunya – The Aquinas Catechism – menggambarkan kehidupan kekal ini sebagai berikut:
1. Kesempurnaan pandangan akan Allah. Persatuan dengan Allah adalah melihat Allah sebagaimana adanya Dia, melihat Allah muka dengan muka secara jelas dan bukan hanya merupakan gambaran yang samar-samar seperti dari dalam cermin (lih. 1Kor 13:12).
2. Kesempurnaan pengetahuan akan Allah. Kesempurnaan pengetahuan akan Allah memungkinkan manusia untuk dapat mengasihi Allah dengan lebih sempurna.
3. Kesempurnaan pujian kepada Allah. Melihat dan mengetahui Allah yang adalah baik, indah dan benar akan membawa kita untuk dapat memuji Allah dengan sesungguhnya. Dalam bukunya, City of God, St. Agustinus menuliskan bahwa kita akan melihat, akan mengasihi dan akan memuji Allah.
4. Kesempurnaan penggenapan keinginan. Dalam kehidupan di dunia ini, tidak ada seseorangpun yang dapat menjadi pemenuhan keinginan kita, yang dapat membuat kita bahagia secara sempurna. Di dalam Sorga, Tuhan sendiri akan menjadi pemenuhan keinginan kita. St. Agustinus dalam bukunya, confession, menuliskan “Engkau telah menciptakan kami untuk diri-Mu sendiri, ya Tuhan, dan hati kami tidak dapat beristirahat dengan tenang sampai beristirahat di dalam Engkau.”
5. Kesempurnaan keamanan. Di dalam dunia ini tidak ada kesempurnaan keamanan, karena seseorang yang mempunyai banyak hal dan mempunyai posisi tinggi, akan semakin merasa takut kehilangan apa yang telah dimiliki. Namun, di dalam Kerajaan Sorga tidak ada kesusahan, jerih payah, ataupun ketakutan.
6. Persahabatan dengan para kudus. Di dalam Sorga kita akan mendapatkan persahabatan dengan para kudus yang diwarnai dengan sukacita, karena setiap orang akan memiliki segala sesuatu yang baik bersama-sama. Mereka akan saling mengasihi seperti diri mereka sendiri dan bergembira terhadap kebaikan yang dipunyai oleh orang lain. Dengan demikian, kegembiraan dan kebahagiaan seseorang juga akan menjadi kebahagiaan dan kegembiraan yang lain.
(Re: Katolisitas)
Kehidupan Setelah Kematian
Dalam pandangan Gereja Katolik, sesungguhnya Allah tidak menciptakan kematian. Kematian muncul saat manusia mengenal dosa. Dosa asal muncul karena manusia ingin menjadi Allah (memakan buah terlarang) dan iri hati (Kain membunuh Habel). Sama seperti telepon seluler yang kehilangan sinyal ketika menjauh dari server, begitu juga manusia. Dosa membuat manusia makin jauh dari Allah. Meski begitu, Allah tetap mencintai manusia, seperti perumpamaan yang diberikan oleh Yesus mengenai anak yang hilang coba dibaca lagi dan ingat pesan kasih yang disampaikan dalam perumpamaan itu. Allah selalu mencintai manusia dan ingin semua manusia selamat.
Dalam Perjanjian Baru, Yesus tiga kali menghidupkan orang mati, antara lain anak seorang janda di Nain (Luk 7:11-17), seorang anak di Kapernaum (Luk 7:1-10), dan tentu saja Lazarus yang sudah 4 hari di makam (Yoh 11:1-45). Yesus tidak hanya memberikan kehidupan, tapi juga kebangkitan. Kisah kematian dan kebangkitan Yesus menandakan bahwa kematian menjadi pintu gerbang memasuki hidup yang baru. Saat Yesus wafat dan kemudian bangkit kembali, orang-orang benar dibebaskan dan masuk ke dalam Kerajaan Allah (Mat 27:51-53).
Hal tersebut dirumuskan sebagai ajaran resmi Gereja dalam syahadat para rasul atau credo. Disebutkan dengan jelas bahwa Gereja Katolik percaya pada Kebangkitan Badan dan Kehidupan Kekal. Memang ada rentang antara kematian menuju ke kebangkitan badan dan kehidupan kekal. Wahyu 21:27 menyebutkan bahwa tak akan ada sesuatu yang najis atau orang yang melakukan kekejian atau dusta yang dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Dengan demikian, bagaimana mungkin orang berdosa dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah? Untuk menjawab pertanyaan ini, Gereja percaya bahwa ketika orang meningggal, jiwanya akan dimurnikan dahulu di api pencucian (kemudian dikenal dengan nama purgatorio) agar layak masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Menurut St Thomas Aquinas, purgatorio menjadi bukti bahwa Allah sangat mencintai manusia. Allah ingin menyelamatkan manusia. Tuhan melakukan pemurnian di purgatorio agar manusia dapat masuk ke dalam kerajaanNya. Oleh karena itu, menjadi tugas bagi mereka yang masih hidup untuk berdoa memohon belas kasih Allah bagi mereka yang sudah meninggal agar dipercepat proses pemurniannya.
Satu hal yang harus terus diingat, Allah ingin menyelamatkan manusia. Allah begitu mengasihi manusia, terlepas apakah mereka setia atau tidak kepadaNya. Akan tetapi, Allah tidak menyelamatkan semua manusia. Hanya mereka yang mau diselamatkan yang dapat menerima keselamatan dari Allah. Pilihan ada pada kita, apakah kita mau diselamatkan oleh Allah atau tidak.
Purgatorium, Surga, dan Neraka oleh Rm Istimoer Bayu Ajie